Akhwat Juga BISA !!!

Akhwat Juga BISA !!!

Rabu, 21 Desember 2011

tugas embriologi

1.       Arti Kata Sibak

-          Sibakan adalah awal pembelahan sel telur yang sudah dibuahi dan telah berkembang menjadi beberapa sel.
-          Sibakan bilateral adalah belahan diri serta pengaturan blastomer dalam embrio tertentu yang membentuk embrio simetri bilateral.
-          Sibakan menentu (deteriminate cleavage) adalah pembelahan embrio yang blastomer-balstomer dirinya berkembang menjadi bagian tertentu, seperti yang terjadi pada Protostomia.
-          Sibakan meroblastik (meroblastic cleavage) adalah pembelahan zigot yang hanya terjadi pada kutub animal.
-          Sibakan tak menentu (indeterminate cleavage) adalah tipe pembelahan yang terjadi pada embrio awal, dengan blastomer yang belum mempunyai tujuan tertentu dalam pembentukan jaringan organ.
-          Sibak menurut kamus Bahasa Indonesia berarti buka, contoh penggunaan: menyibak tirai (membuka tirai)
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai arti dari kata sibak itu sendiri, yaitu buka, tetapi dalam bahasa embriologi, sibak dapat diartikan belah dan sibakan berarti pembelahan.


2.       Proses Terjadinya Auto Pocketing
Setelah proses penanaman, sel-sel pada perifer blastocyst tumbuh membentuk sebagian struktur yang disebut dengan plasenta, yang membantu proses penyatuan antara sistem sirkulasi darah ibu dan sistem sirkulasi darah pada embrio.
Plasenta mengirim dari ibu, oksigen, nutrisi, hormon, dan kekebalan tubuh ke manusia yang sedang berkembang; melenyapkan semua sisa kotoran; dan mencegah menyatunya darah ibu dengan darah embrio dan janin. Plasenta juga menghasilkan hormon dan memelihara suhu tubuh embrio dan janin sedikit di atas suhu tubuh ibu. Plasenta berkomunikasi dengan manusia yang sedang berkembang ini melalui pembuluh darah pada tali pusat. Kemampuan untuk bertahan hidup plasenta menyaingi berbagai unit perawatan intensif yang ada di rumah sakit modern.
Setelah satu minggu, sel-sel pada kumpulan sel sebelah dalam membentuk dua lapisan yang disebut hypoblast dan epiblast. Hypoblast tumbuh menjadi kantung inti telur yang menjadi salah satu bagian tempat lewatnya nutrisi yang diberikan oleh ibu pada embrio muda. Sel-sel dari epiblast membentuk suatu selaput yang disebut amnion, di mana di dalamnya ada embrio dan kemudian janin berkembang sampai lahir.
. Membran (Lapisan Embrio) terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :
a. Kantung Kuning Telur (Yolk Sac)
Kantung kuning telur merupakan pelebaran endodermis berisi persediaan makanan bagi hewan ovipar, pada manusia hanya terdapat sedikit dan tidak berguna
b. Amnion
Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung, gunanya melindungi janin dari tekanan atau benturan.
c. Alantois
Pada alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan manusia, alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan berkembang menjadi tali pusat.
d.Korion
Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus membentuk ari-ari (plasenta). Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.
3. Plasenta atau Ari-Ari
Plasenta atau ari-ari berbentuk seperti cakram dengn garis tengah 20 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada waktu bayi akan lahir tetapi pada waktu hari 28 setelah fertilisasi, plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta berperan dalam pertukaran gas, makanan dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada sistem hubungan plasenta, darah ibu tidak pernah berhubungan dengan darah janin, meskipun begitu virus dan bakteri dapat melalui penghalang (barier) berupa jaringan ikat dan masuk ke dalam darah janin.

Catatan : Makin tua kandungan, jumlah estrogen di dalam darah makin banyak, progesteron makin sedikit. Hal ini berhubungan dengan sifat estrogen yang merangsang uterus untuk berkontraksi, sedangkan progesteron mencegah kontraksi uterus. Hormon oksitosin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis jugs berperan dalam merangsang kontraksi uterus menjelang persalinan. Progesteron dan estrogen juga merangsang pertumbuhan kelenjar air susu, tetapi setelah kelahiran hormon prolaktin yang dihasilkan kelenjar hipoftsislah yang merangsang produksi air susu.

3.       Proses Embriogenesis pada Amphioxus
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.
Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain:
  1. Sel tunggal (yang telah dibuahi)
  2. Blastomer
  3. Blastula
  4. Gastrula
  5. Neurula
  6. Embrio / Janin
Gastrulasi pada Amphioxus
Gastrulasi amphioxus diawali pada daerah vegetatif embrio. Gerakan epiboli pada Amphioxus berlangsung pada seluruh bakal ectoderm yaitu di sepanjang anterior-posterior tubuh. Proses epiboli ini berlangsung mengiringi proses membesar dan melonjongnya embrio. Beberapa gerakan yang terjadi antara lain :
a.       Invaginasi terjadi pada daerah hypoblast yaitu di bagian median daerah yang berbatasan dengan sabit dorsal yaitu kearah blastocoel sampai bertemu dengan epiblast. . Mula-mula kutub vegetatif menjadi mendatar dan terdorong dan melipat ke arah dalam. Hypoblast mengalami perpanjangan menurut poros embrio akibat adanya pertambahan jumlah sel. Daerah terjadinya invaginasi disebut juga blastopore yang memiliki 3 bibir yaitu bibir dorsal, ventral dan lateral. Lapisan yang terinvaginasi secara bertahap akan menghilangkan rongga blastula dan bertemu dengan lapisan blastomer yang berada di kutub anima
b.      Involusi berlangsung pada bakal notochord dari sabit dorsal yang sesuai dengan gerakan hypoblast kearah anterior, sehingga notochord akan terletak didorso-median tepatnya persis di bawah ectoderm . Sementara hal tersebut berlangsung, mitosis berjalan terus diikuti dengan terjadinya pelentikan sel-sel dari luar ke dalam melalui tepi blastoporus
c.       Ekstensi berlangsung pada seluruh daerah bakal pembentuk alat sehingga keseluruhan embrio memanjang dan membesar.
d.      Konvergensi di daerah bakal mesoderm kearah dorso-median blastopore tepatnya di daerah bibir lateral. Pada akhirnya mesoderm akan berada di kedua sisi bakal notochord.yang terletak di bibir dorsal
Mitosis berjalan terus diikuti dengan terjadinya pelentikan sel-sel dari luar ke dalam melalui tepi blastoporus. Proses ini disebut involusi. Melalui invaginasi dan involusi, terbentuk ectoderm dan endoderem. Ektoderem sekarang membungkus embrio secara keseluruhan melalui proses epiboli.
Gambar .Awal gastrulasi pada amphioxus (Huettner, 1957)
6-7 jam sesudah pembuahan, terbentuk gastrula yang memiliki struktur berbentuk cangkir, terdiri atas lapisan sel bagian luar yang disebut epiblas yang akan menjadi ektoderem, dan lapisan sel bagian dalam atau hipoblas yang akan menjadi mesoderem dan endoderem. Rongga yang dibatasi oleh kedua pertemuan lapisan ini disebut arkenteron atau gastrocoel. Lubang yang menghubungkan rongga ini dengan daerah sebelah luarnya disebut blastoporus. Pada awal gastrulasi, blastoporus sangat besar, namun dengan pemanjangan dan pendataran bagian dorsal gastrula, blastoporus menjadi semakin kecil hingga tampak sebagai suatu lubang sempit yang terbuka atau pori saja.
Pada amphioxus ketika neural plate berinvaginasi, ectoderm epidermis mulai melipat dan bergerak melingkupi di dorso mediannya yang mulai berlangsung sejak dari bibir dorsal blastophore. Pelingkupan ectoderm sehingga menutupi bumbung neural didorsal, berlangsung terus dari posterior ke anterior. Sehingga hanya ada satu neurophore terbentuk pada amphioxus, yakni yang anterior.


DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, Candra.1995. Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: Fajar Mulia
REPRODUKSI PADA MANUSIA « TRANS-CYBER.htm
http://id.wordpress.com
www.karyanet.com.my/knet/ebook

Minggu, 12 Juni 2011

PERENCANAAN PENGAJARAN


Tugas Artikel 4                                                                       Tanggal 7 April  2011

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Nur Sya’ban

Abstrac
Studying is changed. Changed meaning learned, unchanged, matter don't study. That is why studying reality is changed. But is not all changed meaning learned. That afters does studying activity be gotten usufructs that effective and efesien indeed needful principle studies particular who fleshed out can clear a root to aim success. Teacher really gets role in achieving that success. Professional teacher not only gains control a number learning material, but approaching mastery and metode  is learning in point and appropriate absolute needful. For it to need presumably teachers can utilize approaching and method in point that active learning, innovative, creative, effective and have fun.   
Qualified teacher is learn one to have ability corresponds to profession that be slung. Most more on Elementary School ladder, a teacher has aptly can understand student character that really heterogeneous. Well that student background, student ability, students economic state, or factor even other that can constrain student in develop its ability. Teacher shall can teach, teach, and coaches student. The effect this article writing is subject to be know learning management, management learns, learning principles, learning procedure, approaching, method, and tech and environment management brazes. Method that is utilized in this article writing is library study of a variety literature suitably.

Key Word: Pengelolaan Pembelajaran, Prinsip, Prosedur, Pendekatan, Metode, Teknik Pembelajaran, Pengelolaan Lingkungan Kelas
                                                                                                           ______

A.  PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang
Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatan pembelajaran (Wina Sanjaya, 2008: 102). Sedangkan pendidikan  adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No. 20 tahun 2003). Dalam undang-uandang tersebut juga menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan  dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada akhirnya harus diupayakan untuk mewujudkan masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam diri individu, keahlian dalam negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dan suci dari setiap individunya (Syaiful Sagala, 2009: 11).
Kurikulum KTSP menuntut guru untuk lebih menaruh perhatian terhadap keberadaan dan kebutuhan siswanya. Dengan demikian siswa merasa dihargai sebagai seorang individu sesuai dengan kemampuan dan karakter masing-masing. Karena guru sebagai ujung tombak dalam pendidikan maka gurulah yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam menghadapi tantangan, selain orang tua siswa. Selain itu peran guru dalam pembelajaran adalah menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang kondusif. Suasana belajar yang kondusif dapat terwujud apabila guru mampu mengelola siswa dan sarana pembelajaran dengan baik, mampu mengendalikan agar selalu tercipata suasana belajar yang menyenangkan.
            Sebagai seorang guru di era KTSP ini memang banyak hal yang menjadi tugas dan tanggung jawab guru, tuntutan kurikulum dan juga tuntutan personal terhadap siswa. Yang jelas peran guru sangat menentukan keberhasilan para siswanya. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik oleh guru guna mencapai keberhasilan belajar siswanya.

2.        Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada artikel ini adalah sebagai berikut:
a.      Bagaimana pengelolaan pembelajaran?
b.      Bagaimana pengelolaan guru?
c.       Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran?
d.      Bagaimana prosedur pembelajaran?
e.       Bagaimana pendekatan, metode dan teknik pembelajaran?
f.       Bagaimana pengelolaan lingkungan kelas?

3.        Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan artikel ini adalah sebagai berikut: 
a.       Mengetahui tentang pengelolaan pembelajaran. 
b.      Mengetahui tentang pengelolaan guru. 
c.       Mengetahui tentang prinsip-prinsip pembelajaran. 
d.      Mengetahui tentang prosedur pembelajaran.
e.       Mengetahui tentang pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
f.       Mengetahui tentang pengelolaan lingkungan kelas.


B.  METODE PENULISAN

Penulisan artikel ini menggunakan metode kajian pustaka dari berbagai literatur sebagai sumber materi. Adapun sumber materi berasal dari artikel-artikel dari internet dan buku paket.


C.  PEMBAHASAN

1.        Pengelolaan Pembelajaran

Suasana pembelajaran perlu didesain dengan baik oleh guru, agar dalam pembelajaran tumbuh motivasi belajar. Penciptaan suasana pembelajaran merupakan langkah awal bagi guru untuk memfasilitasi peserta didik untuk gemar/senang belajar. Suasana yang kondusif memungkinkan imaginasi dan kreativitas berkembang. Latar belakang peserta didik yang beragam merupakan masukan yang baik bila dikelola secara benar. Oleh sebab itu dalam pembelajaran guru perlu kreatif dan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan. Dan untuk mencapai suasana yang demikian diperluan berbagai ketrampilan dengan harapan pembelajaran dapat optimal dan menghasilkan kualitas yang dicita-citakan. Andai semua ini terjadi, maka pembelajaran yang  menyenangkan yang diproseskan guru berkat berbagai ketrampilan yang dimilikinya merupakan bentuk pertobatan bagi guru sekaligus sebagai bentuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2.        Pengelolaan Guru

Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas.
Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Di sini, jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Penciptaan suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran yang optimal. Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas.

3.        Prinsip-prinsip Pembelajaran              
Belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah, berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan. Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar. Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan kearah keberhasilan. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut:
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional;
2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;
3. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;
4. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;
5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;
8. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif;
9. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;
10. Belajar adalah proses kontiguitas {hubunagan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain} sehingga mendapatkan pengertian yang diharapakan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan;
11. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa;
Belajar merupakan serangkaian kegiatan aktif siswa dalam membangun pengertian dan pemahaman. Oleh karena itu dalam proses siswa harus di beri waktu yang memadai untuk bisa membangun makna dan pemahaman, sekaligus membangun ketrampilan dari peengetahuan yang diperolehnya. Artinya, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berfikir dalam menghadapi masalah sehingga siswa dapat membangun gagasannya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Tidak membantu siswa secara dini, menghormati hasil kerja siswa, dan memberi tantangan kepada siswa dengan banyak memberi latihan soal merupakan strategi guru untuk membentuk siswanya menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab belajar pada dasarnya berada di tangan siswa. Namun demikian bukan berarti guru tidak mempunyai tanggung jawab apapun. Tanggung jawab guru adalah menciptakan suasana belajar yang dinamis sehingga siswa terdorong motivasi belajarnya, sehingga suasana belajar yang kondusif dapat tercipta.
Prinsip belajar di atas sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang harus berlanjut sepanjang hidup. Prinsip-prinsip belajar antara lain :
1.      belajar harus mempunyai tujuan yang jelas
Tujuan ini dimaksudkan agar seseorang dapat menentukan arah yang jelas sehingga tahap-tahap yang harus di tempuh akan tersusun dengan baik, yang memungkinkan pencapaian hasil yang maksimal
2.      proses belajar akan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada situasi yang problematik.
Dengan banyaknya problem yang di hadapi akan mendorong siswa untuk berfikir mencari jalan agar masalahnya dapat terselesaikan. Semakin besar kualitas dan kuantitas problem yang di hadapi, semakin luas pula cara siswa berfikir untuk memecahkannya.
3.      belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna di banding belajar dengan hafalan.
Belajar dengan pemahaman memungkinkan siswa mengetahui konsep yang diajarkan, sehingga apapun permasalahan yang di hadapi akan bisa terselesaikan dengan baik. Sedangkan belajar dengan hafalan hanya cenderung merangsang siswa untuk mengingat apa yang telah diajarkan kepadanya tanpa mengetahui konsep dasar yang relevan dengan bahan ajaran yang diterima. Hal ini menyebabkan siswa kurang terampil dalam menghadapi permasalahan yang lebih kompleks meski dengan konteks yang sama.
4.      belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil di banding belajar secara terbagi.
Dengan belajar secara menyeluruh siswa akan lebih mengerti dengan jelas hubungan-hubungan dari berbagai komponen yang ada dalam suatu bahan ajaran. Sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mudah dan cepat di bandingkan dengan belajar bagian demi bagian.
5.      belajar memerlukan kemampuan untuk menangkap intisari pelajaran itu sendiri.
Sehubungan dengan pengertian di atas, apa yang di terima siswa dalam belajarnya mempunyai arti bahwa siswa telah menangkap intisari dari pelajaran yang disampaikan.
6.      proses belajar memerlukan metode yang tepat
Pengguanaan metode yang tepat dalam proses belajar mempunyai arti yang penting baik bagi siswa maupun guru. Dengan materi yang tepat akan membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa, sehingga proses transfer pengetahuan akan lebih cepat dilakukan. Dengan metode yang tepat pula guru berhasil menjadi fasilitator dari proses belajar yang terjadi.
7.      belajar memerlukan minat dan perhatian siswa
Proses belajar membutuhkan minat dan perhatian siswa untuk dapat mrnyerap materi yang disampaikan. Tugas seorang gurulah yang harus membangkitkan minat manusia dalam mengembangkan, menambah pengetahuan, dan mengikuti perkembangan di segala bidang kehidupan.
Prinsip ini mengacu pada empat pilar pendidikan yang universal yaitu belajar mengetahui (learning to know ), belajar yang melakukan (learning to do ), belajar menjadi diri sendiri (learning to be ), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together ). Mengapa pembelajaran dapat mengalami kegagalan ? Antara lain unsur penyebabnya adalah tidak diterapkannya prinsip-prinsip pembelajaran. Tiap proses belejar memiliki prinsip-prinsip tertentu. Gunanya adalah peserta didik dapat mengikuti proses belajar sedemikian rupa sehingga mampu mencapai manfaat belajar yang maksimum.

4.        Prosedur Pembelajaran
Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu : (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut :
Prosedur belajar-Pembelajaran
A. Pendahuluan
Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan pendahuluan, yaitu :
  1. Menciptakan Kondisi Awal Pembelajaran; meliputi: membina keakraban, menciptakan kesiapan belajar peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang demokratis.
  2. Apersepsi/Pre test; meliputi : kegiatan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya, memberikan komentar atas jawaban yang diberikan peserta didik dan membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa dalam kegiatan pendahuluan, perlu dilakukan pemanasan dan apersepsi, didalamnya mencakup: (a) bahwa pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (b) motivasi peserta didik ditumbuhkan dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi peserta didik; dan (c) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
B. Kegiatan Inti
Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan inti, yaitu :
  1. Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, baik secara lisan maupun tulisan.
  2. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh
  3. Membahas Materi
Depdiknas (2003) membagi kegiatan inti ke dalam tiga tahap kegiatan yaitu: (1) eksplorasi; (2) konsolidasi pembelajaran, dan (3) pembentukan sikap dan perilaku.
  1. Kegiatan eksplorasi merupakan usaha memperoleh atau mencari informasi baru. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan eksplorasi, yaitu: (a) memperkenalkan materi/keterampilan baru; (b) mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta didik; (c) mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaaan peserta didik akan materi baru tersebut.
  2. Konsolidasi merupakan merupakan negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru. Dalam kegiatan konsolidasi pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah : (a) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajar baru; (b) melibatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah; (c) meletakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pelajaran yang baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan; dan (d) mencari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.
  3. Pembentukan sikap dan perilaku merupakan pemrosesan pengetahuan menjadi nilai, sikap dan perilaku. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan sikap dan perilaku, adalah : (a) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (b) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (c) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta didik.
C. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran
Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran , yaitu : (a) penilaian akhir; (b) analisis hasil penilaian akhir; (c) tindak lanjut; (d) mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang; dan (e) menutup kegiatan pembelajaran.
Mulyasa (2003) mengemukakan dua kegiatan pokok pada akhir pembelajaran, yaitu : (a) pemberian tugas dan (b) post tes. Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5.        Pendekatan, Metode dan Teknik
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
  4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
  1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
  2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum. Metode pembelajaran dapat diartikan juga sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) Tanya jawab; (3) diskusi; (4) belajar kooperatif; (5) demonstrasi; (6) ekspositori; (7) penugasan; (7) experimen; dan sebagainya.
  1. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
  1. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
  1. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
  1. Metode belajar kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan pada teman sekelompoknya.
  1. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain.

   6.   Metode ekspositori atau pameran
Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
  1. Metode penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
  1. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Teknik merancang pembelajaran:
  1. Identifikasi Tujuan (Identity Instruyctional Goals).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswan dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need assesment., atau dari pengalaman praktek dengan kesulitan belajar siswa di dalam kelas.
  1. Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a goal Analysis).
Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan carta atau diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.
  1. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/ Karakteristik Siswa (Identity Entry Behaviours, Characteristic)
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran
  1. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives)
Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
  1. Pengembangan Tes Acuan Patokan (developing criterian-referenced test items).
Pengembangan Tes Acuan Patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengebangan butir assesmen untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan.
  1. Pengembangan strategi Pengajaran (develop instructional strategy). Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas.
  2. Pengembangan atau Memilih Pengajaran (develop and select instructional materials).
Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru.
  1. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (design and conduct formative evaluation).
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran.
  1. Menulis Perangkat (design and conduct summative evaluation).
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas.
  1. Revisi Pengajaran (instructional revitions). Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator.


6.        Pengelolaan Lingkungan Kelas
Ruang kelas adalah kondisi fisik kelas yang akan digunakan oleh guru bersama dengan siswanya dalam aktifitas pembelajaran. Ruang kelas yang baik dan representatif adalah ruang kelas yang memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antara guru dan siswa serta antara siswa sendiri dalam proses pembelajaran. Sebaik apapun setting kelas, jika guru tidak mampu mengelola kelas dalam proses pembelajaran, maka akan dipastikan proses pembelajaran tidak akan tercapai sesuai dengan tujuan. Hal ini berakibat pada hasil belajar yang tidak optimal.
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
  1. Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah (1) memelihara lingkungan fisik kelas (2) mengarahkan/membimbing proses intelektual dan sosial siswa di dalam kelas dan (3) mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif. Sedangkan tugas-tugas guru dalam mengelola kelas adalah (1) sebagai manajer (2) sebagai pendidik dan (3) sebagai pengajar.
  2. Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efisiendan efektif. Kendala ini bisa datang dari guru, bisa juga dari siswa dan bisa juga dari faktor lingkungan.
  3. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut yaitu: (1) guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa, 2) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan kesenyapan atau pembicaraan terhenti dengan tiba-tiba, (3) hindari ketidak tepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan artinya guru harus tepat waktu, (4) guru harus dapat mengelola waktu, baru hal ini dapat menimbulkan penyimpangan yang berkaitan dengan disiplin diri siswa dan (5) berilah penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele atau mengulang-ulang penjelasan karena dapat menimbulkan kebosanan.
Hakikat Penataan Kelas
  1. Pengaturan dan penataan kelas mencakup: (1) pengaturan siswa, (2) lingkungan fisik dan (3) penggunaan ruangan, serta (4) pemanfaatan sumber belajar yang berasal dari lingkungan karena itus setiap guru dituntut untuk tampil dan kreatif serta peka terhadap suasana kelasnya.
  2. Penataan lingkungan fisik yang efektif sangat mempengaruhi basis belajar siswa, dan pencapaian tujuan pembelajaran keefektifan lingkungan kelas dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas minimal dalam pengelolaan kelas seperti (1) jumlah siswa dan (2) besarnya ruang kelas.
Ruang Kelas
1. Ruang kelas adalah kondisi fisik kelas yang akan digunakan oleh guru bersama dengan siswanya dalam aktifitas pembelajaran.
2. Ciri-ciri produktif
a. Memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antara guru dan siswa serta antara siswa sendiri.
b. Tugas-tugas siswa dapat diselesaikan tepat pada waktunya
c. Sportifitas, kreatifitas dan antusias siswa yang tinggi dapat terjaga dengan baik.
d. Memungkinkan terjadinya kerjasama yang solid antara siswa maupun dengan gurunya.
e. Kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin
f. Dapat meminimalisasi masalah atau hambatan dalam pengelolaan kelas.
g. Dapat mencapai hasil yang optimal.

3. Ruang kelas secara tidak langsung mempengaruhi tumbuh kembangnya siswa baik fisik maupun mental, intelektual, emosional dan sosialnya. Karena itu guru harus memperhatikan bagaimana menata fasilitas dan perabot kelas sehingga akan dapat aman, nyaman dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung.


D.  PENDAPAT PENULIS TENTANG MASALAH YANG DIBAHAS

Arah perjalanan suatu bangsa banyak tergantung dan ditentukan oleh kondisi dan kualitas pendidikan bangsa. Pendidikan yang baik dan bermutu (positif) akan memberikan harapan kemajuan (transformasi) kehidupan  yang lebih baik. Guru yang kreatif, menyenangkan dan profesional harus memiliki berbagai konsep dan strategi  untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Suasana pembelajaran perlu didesain dengan baik oleh guru, agar dalam pembelajaran tumbuh motivasi belajar.
Penciptaan suasana pembelajaran merupakan langkah awal bagi guru untuk memfasilitasi peserta didik untuk gemar/senang belajar. Suasana yang kondusif memungkinkan imaginasi dan kreativitas berkembang. Latar belakang peserta didik yang beragam merupakan masukan yang baik bila dikelola secara benar. Oleh sebab itu dalam pembelajaran guru perlu kreatif dan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan.


E.  PENUTUP

Kesimpulan
Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.

Saran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Diharapkan agar seluruh tenaga pendidik dapat terus mengikuti pembaharuan-pembaharuan tersebut guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Teknik Pembelajaran (Online) http://tugasguru.blogspot.com diakses pada tanggal 6 April 2011

Amirudin, M. 2009. Pendekatan Dan Metode Dalam Pembelajaran Di Sekolah(Online) http://sertifikasiguru.blog.dada.net diakses pada tanggal 6 April 2011

Emi.2010. Peran Guru Dalam Pengelolaan (Online) http://emiartikel.blogspot.com diakses pada tanggal 6 April 2011
Helmi. 2009. Prinsip-Prinsip Persiapan Mengajar (Online) http://helminasution.blogspot.com diakses pada tanggal 29 Maret 2011
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Ramlannarie. 2010. Prosedur Pembelajaran (Online) http://ramlannarie.wordpress.com diakses pada tanggal 6 April 2011
Sudrajat, Akhmad. 2008. Prosedur Pembelajaran (Online) http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses pada tanggal 6 April 2011

Wardani, I.G.A.K. 2003. Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Jakarta: Universitas Terbuka.