Akhwat Juga BISA !!!

Akhwat Juga BISA !!!

Minggu, 12 Juni 2011

PERENCANAAN PENGAJARAN

Tugas Artikel 3                                                                   Tanggal 31 Maret 2011

PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR
MODEL PERSIAPAN MENGAJAR
(MODEL ROPES DAN MODEL SATUAN PELAJARAN)

Nur Sya’ban


Abstrac

          E. Mulyasa (2003) name that professional teacher shall can develop preparation teaches good one, logical and orderly, since over and above the favor learning performing, preparation teaches to constitute form of “ accoutability's professional ”. With quote Cythia's thinking, E. Mulyasa (2003) interpose that preparation teaches will help teacher in organize default material, and anticipates educative participant and problem who may arise deep learning. On the contrary, by quotes from Joseph and Leonard, interposed that: “ teaching without adequate written planning is sloppy and almost always ineffective, because the teacher hasn't thought out exactly what to do and how to do it.” In arrange learning design model a teacher has to go upon on education principles, psychological theories, sosiologis, psychiatry, analisis is system, or other theories.
         Joyce & Weil (1980) opine that learning model is a strategical or pattern applicabling to form curriculum (longterm learning plan), designing learning materials, and leads learning at brazes or the other. Beside it learning model can make option pattern, its mean teachers in preparation teaches may choose learning model suitably and efficient to reach to the effect its education. The effect of inscriptive this therefore is subject to be know preparation development teaches that cover preparation model teaches which is model ROPES and satuan's model study. The method even writing is library study of many variety literature.

 Key Word: Model ROPES, Model Satuan Pelajaran
                                                                                                                           

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

         Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkaitan dengan pembentukan kompetensi. Dalam mengembangan persiapan mengajar, terlebih dahulu harus menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.
Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada artikel ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengembangan persiapan mengajar?
b. Bagaiamana model persiapan mengajar (model ROPES dan model satuan pelajaran)?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan artikel ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui tentang pengembangan persiapan mengajar.
b. Mengetahui tentang model persiapan mengajar (model ROPES dan model satuan pelajaran).


B. METODE PENULISAN

         Penulisan artikel ini menggunakan metode kajian pustaka dari berbagai literatur sebagai sumber materi. Adapun sumber materi berasal dari artikel-artikel dari internet dan buku paket.


C. PEMBAHASAN

     Kesiapan guru untuk mengajar berkaitan erat dengan cara guru mempersiapkan peserta didik untuk belajar. Kesiapan mengajar ini seperti petani mempersiapkan tanah untuk ditanami benih, jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat. Demikian juga dalam mengajar, jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal (Susilana, et al. 2006: 96).
       Oleh sebab itu, guru yang baik untuk saat ini tidak cukup untuk sekedar bersikap hangat dan menyayangi anak-anak, atau sekadar menerapkan praktik-praktik mengajar yang semata-mata didasarkan pada intuisi, preferensi pribadi atau kearifan konvensional (Arend, 2007). Tetapi lebih jauh untuk professional yang dimulai dengan kesiapan perencanaan sampai pada tahap evaluasi dengan berbagai kemampuan yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan pengajaran. Karenanya, Nathaniel Gage, salah seorang peneliti pendiikan terkemuka di USA--sebagaimana dikutip Arend, 2007—mendefinisikan mengajar sebagai sebuah seni instrumental, yaitu mengajar adalah suatu yang berangkat dari “resep”, formula, atau algoritma. Ia membutuhkan improvisasi, spontanitas, penanganan sejumlah pertimbangan tentang bentuk, gaya, kecepatan, ritme, dan ketepatgunaan dengan cara yang begitu kompleks sehingga bahkan computer sekalipun tidak akan mampu melakukannya, seperti halnya mereka tidak mampu menyamai apa yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya yang berusia lima tahun arau apa yang setiap saat diucapkan seorang kekasih kepada orang yang dicintainya.
         Dalam hal kemampuan “kesiapan” guru untuk mengajar menjadi hal yang sangat penting, yaitu meliputi antara lain kemampuan:
a. Penguasaan bidang keilmuan yang menjadi kewenangannya
b.Kemampuan merancang program pembelajaran
c. Menyusun desain pembelajaran, terdiri: 1) tujuan, 2) materi, 3) metode, media dan sumber, 4) kegiatan belajar siswa, dan 5) evaluasi.

       Dalam menyusun model desain pembelajaran seorang guru harus mendasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Joyce & Weil (1980) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Di samping itu model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru dalam persiapan mengajar boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
       Pada dasarnya, model desain pembelajaran merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Adapun beberapa model desain pembelajaran antara lain: Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E. Kemp, Model Gerlach and Ely, Model Glaser, Model Bella Banathy, Model Rogers, Model Pembelajaran Kontekstual (CTL), dll.
Adapun Aspek Desain Pembelajaran sebagaimana yang di tulis Wahono (2006) adalah sebagai berikut:
•Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)
•Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum, semakin konkrit kompetensi, semakin mudah   diamati dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut .
•Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran
•Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran
•Interaktivitas
•Pemberian motivasi belajar
•Kontekstualitas dan aktualitas
•Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar
•Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
•Kedalaman materi
•Kemudahan untuk dipahami
•Sistematis, runut, alur logika jelas
•Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan
•Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran
•Ketepatan alat evaluasi
•Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi

      Model-model dan aspek-aspek desain pembelajaran tersebut pada hakekatnya dapat digunakan dan dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang guru. Hal yang terpenting di sini adalah bagaimana seorang guru dapat mengelola dan mengembangkan komponen-komponen pembelajaran itu dalam suatu desain yang terencana dengan memperhatikan kondisi aktual dari unsur-unsur penunjang dalam implementasi pembelajaran yang akan dilakukan, misalnya: alokasi waktu yang tersedia, sarana dan prasarana pembelajaran, biaya, dan sebagainya.

Model ROPES

       Hunt tidak mengkategorikan perencanaan pengajaran menjadi rencana semester, mingguan, dan harian. Akan tetapi Hunts menyebutnya rencana prosedur pembelajaran sebagai persiapan mengajar yang disebutnya ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mencoba mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite untuk memahami bahan yang disampaikan hari itu. Hal ini diperlukan dengan didasarkan atas:
a) Guru biasa memulai pelajaran, jika perhatian dan motivasi siswa untuk mempelajari bahan baru sudah mulai tumbuh.
b) Guru hendak memulai pelajaran, jika interaksi antara guru dengan siswa sudah mulai terbentuk.
c) Guru dapat memulai pembelajaran jika siswa-siswa sudah memahami hubungan bahan ajar sebelumnya dengan bahan ajar baru yang dipelajari hari itu.
Guru harus yakin dan tahu betul jika siswa sudah siap menerima pelajaran baru. Jika siswa belum menguasai pelajaran sebelumnya, maka guru harus dengan bijak memberi kesempatan kepada siswa untuk memahaminyaterlebih dahulu atau mencerahkan melalui pemberian tugas, penjelasan, bimbingan, tutor sebaya, dan baru bergerak pada materi sebelumnya. Apabila terjadi akumulasi bahan ajar yang tertunda, maka harus dicarikan waktu tambahan, karena lebih baik menunda bahan ajar baru daripada menumpuk ketidakpahaman siswa.

2) Overview
Sebagaimana review, overview dilakukan tidak terlalu lama berkisar antara 2 sampai 5 menit. Guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi (content) secara singkat dan strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pandangannya atas langkah-langkah pembelajaran yang hendak ditempuh oleh guru sehingga berlangsungnya proses pembelajaran bukan hanya milik guru semata, akan tetapi siswa pun ikut merasa senang dan merasa dihargai keberadaannya.

3) Presentation
Tahap ini merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena di sini guru sudah tidak lagi memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses telling, showing, dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Mohammad Syafe’I yaitu bahan-bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan dan keterampilan atau yang lebih dikenal dengan istilah 3 H, yaitu: Head, Heart, dan Hand. Apalagi jika kompetensinya memasuki wilayah afektif dan psikomotor, strategi pembelajaran yang menekankan pada doing atau hand menjadi sangat penting, karena penerimaan, tanggapan dan penanaman nilai akan otomatis berjalan dalam proses belajar mengajar. Semakin bervariasi strategi pembelajaran yang digunakan, semakin baik proses dan hasil yang dicapai, karena tidak menjadikan siswa jenuh, melainkan mengantarkan mereka menikmati proses pembelajaran dengan suasana asyik dan menyenangkan.

4) Exercise
Merupakan suatu proses untuk menberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna. Oleh karena itu guru harus mempersiapkan rencana pembelajaran tersebut dengan baik melalui scenario yang sistematis. Misalnya untuk sains bias dilakukan praktek di laboratorium, untuk bahasa, membaca Al-Qur’an, mengkafani mayat biasa dilakukan di kelas, jika tidak, sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman-pengalaman manipulatif melalui berbagai praktikum di sekolah. Disamping itu pula guru harus mempersiapkan perencanaan pengajaran bukan hanya bahan ajar saja, tetapi pengalaman belajar siswa yang harus diberikan lewat peragaan-peragaan, bermain peran dan sejenisnya yang harus ditata berdasarkan alokasi waktu antara penjelasan, asignment (tugas-tugas), peragaan dan lain sebagainya.

5) Summary
Dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka pahami dalam proses pembelajaran. Hal ini sering tertinggal oleh guru karena mereka disibukkan dengan presentase, dan bahkan mungkin guru tidak pernah membuat summary (kesimpulan) dari apa yang telah mereka ajarkan.

Format Persiapan Pembelajaran Model ROPES

A. Identitas Rencana Pembelajaran
Mata Pelajaran : ……………………………………
Materi Pokok  : ………….…………………………
Kelas/Smt       : ……… ……………………………
Pertemuan       : ……………………………………
Waktu             : ….………………………………....

B. Kemampuan Dasar/Tujuan
Standar Kompetensi :
………………………………………………………………………………………
Kompetensi Dasar :
……………….……………………………………………………………………...
Indikator :
……………………………………………………………………………………....

C. Prosedur dan Materi
1. Review ………………………………………….……………………………………………..................………………………………………………………………………
2. Overview ……………………………….…………………………………………..………..……………………………………………………………………………………
3. Presentation:
Telling ………………………………………………………………………………………
Showing ……………………………………………………………………………………..
Doing ………………………………………………………………………………………
atau dengan kata lain, head heart and hand.
4. Exercise ……………………………………………………………………………..……..………………………………………………………………………………………..
5. Summary ………………………………………………………………………..……………
D. Bahan/Media/Alat
………………………………………………………………………………………

E. Penilaian, (instrument dan prosedur yang digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa misalnya: tes tulis, kinerja, produk, proyek, portofolio serta tindak lanjut hasil penilaian, misalnya remedial, pengayaan atau percepatan).
…………………………………….…………………………………………………………………………………………………….………………………………

Model Satuan Pelajaran

          Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaanya mencapai hasil yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar. Proses penyusunan perencanaan pengajaran memerlukan pemikiran-pemikiran sistematis untuk memproyeksikan/memperkirakan mengenai apa yang akan dilakukan dalam waktu melaksanakan pengajaran.
         Rencana mengajar atau persiapan mengajar atau lebih dikenal dengan satuan pelajaran adalah program kegiatan belajar mengajar dalam satuan terkecil (Sudjana, 2002: 137). Hal senada juga dikemukakan oleh Syaodih, (1988:218) bahwa guru mengembangkan perencanaan dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun atau satu semester, satu minggu, atau beberapa jam saja. Untuk satu tahun dan semester disebut sebagai program unit, sedangkan untuk beberapa jam pelajaran disebut program satuan pelajaran, yang dalam implementasi kurikulum 2004 memiliki komponen kompetensi dasar, materi standar, prosedur pembelajaran/pengalaman belajar, metode dan evaluasi berbasis kelas, serta bahan/alat yang digunakan.
Secara sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran adalah sebagai berikut:
a. Identitas mata pelajaran (nama pelajaran, kelas, semester, dan waktu atau banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Kompetensi dasar dan indicator yang hendak dicapai atau dijadikan tujuan dapat dikutip/diambil dari kurikulum dan hasil belajar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar).
d. Media (yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran).
e. Strategi pembelajaran/skenario/tahapan-tahapan proses belajar mengajar yaitu kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi.

Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran meliputi :
1) Kegiatan awal
Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain:
a) Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Seorang guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari siswa dan tidak mengesampingkan motivasi belajar terhadap siswa.
b) Menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya:
- Menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa.
- Menciptakan suasana pembelajaran demokratis dalam belajar, melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk berkreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimilikinya.

2) Kegiatan inti
Kegiatan inti adalah kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan. Kegiatan inti setidaknya mencakup:
1) penyampaian tujuan pembelajaran;
1) penyampaian materi/bahan ajar dengan menggunakan: pendekatan dan metode, sarana dan alat/media yang sesuai dll.;
2) pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa;
3) melakukan pemeriksaan/pengecekan tentang pemahaman siswa.

Dalam langkah ini, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok pembelajaran, yaitu:
  •  Pembelajaran klasikal yang digunakan apabila materi pembelajaran lebih bersifat fakta, atau formatif terutama ditujukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam proses pembelajaran. Sehingga cenderung metode ceramah dan Tanya jawab akan banyak digunakan.
  • Pembelajaran kelompok digunakan apabila materi pembelajarannya lebihmengembangkan konsep/sub-pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitas social, sikap, nilai, kerjasama, dan aktivitas dalam pemecahan masalah melalui kelompok belajar siswa. Kegiatan guru akan lebih banyak mengawasi dan memantau kelompok belajar, sehingga setiap siswa dalam kelompok turut berpartisipasi.
  • Kegiatan belajar individual, artinya setiap anak yang belajar di kelas mengerjakan atau melakukan kegiatan belajar masing-masing. Kegiatan belajar tersebut mungkin sama untuk setiap siswa, mungkin pula berbeda. Dalam pembelajaran individual ini setiap siswa dituntut untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Implikasi dari pembelajaran individual ini, guru harus banyak memberikan perhatian dan pelayanan secara individual, sebab setiap individu berbeda kemampuannya.
Kegiatan pembelajaran individual pun dapat digunakan apabila ingin membantu proses belajar mengajar yang mengarah pada optimalisasi kemampuan siswa secara individu untuk melaksanakan kegiatan pengayaan dan perbaikan hasil proses belajar mengajar.

3) Penutup
Kegiatan penutup ini adalah kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan atau bersama-sama dengan siswa. Kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut ini adalah:
  • Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penilaian
  • Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternative kegiatan di antaranya: memberikan tugas atau latihan-latihan, menugaskan mempelajari materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi/bimbingan belajar.
  • Mengakhiri proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi tahu materi pokok yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
f. Menentukan jenis penilaian dan tindak lanjut. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan alternative tindakan yang akan dilakukan. Beragam jenis penilaian yang dapat digunakan misalnya tes tulis, kinerja, produk, proyek/penguasaan dan lain sebagainya tergantung dari aspek apa yang hendak diukur. Teknik penyampaiannya dapat diajukan kepada siswa baik secara lisan maupun tertulis.

g. Sumber bahan (yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai dicantumkan).

Format Persiapan Pembelajaran Model Satuan Pelajaran

I. Identitas Mata Pelajaran
1. Mata Pelajaran              : ………………………
2. Materi Pokok                : ………………………
3. Kelas/Semester             : ………………….…...
4. Pertemuan minggu ke    : ………………………
5. Waktu                          : .………………………

II. Kemampuan Dasar/Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar:
…………………………………………………………………................................
2. Indikator:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
III. Materi Pembelajaran
Uraian materi pokok
……………………………………………………………………………………………………………………………………...............................................................
IV. Media/Alat Pembelajaran
Alat-alat :
……………………………………………………………..………………………
V. Strategi Pembelajaran/Tahapan Pembelajaran
No. Kegiatan Belajar Waktu
(menit) Aspek Life skill yang dikembangkan
1. Pendahuluan
a. Prasyarat:
Menanyakan tentang
b. Motivasi:
Mengapa manusia memerlukan? Contoh:
- Kesadaran diri (kesadaran eksistensi diri dan kesadaran potensi diri)
2. Kegiatan inti - Kecakapan sosial (kecakapan kerjasama)
- Kecakapan akademik (melakukan percobaan)
- Dst
3. Penutup
- Menyimpulkan
- Pemberian tugas pokok bahasan berikutnya - Kesadaran potensi diri
- Kecakapan akademik
VI. Penilaian dan Tindak Lanjut
• Prosedur Penilaian:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
• Jenis Penilaian
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………................
• Alat Penilaian (Cantumkan alat penilaian yang digunakan secara utuh, misalnya soal, tugas, atau lembar observasi)

VII. Sumber Bacaan
…………………………………….…………………..……………………………………………………………………………………...............................................

D. PENDAPAT PENULIS TENTANG MASALAH YANG DIBAHAS

        Pengembangan persiapan mengajar sangatlah penting bagi seorang guru agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal dan tidak monoton. Masing-masing model pengajaran memiliki ciri dan penerapan yang berbeda-beda sehingga seorang guru harus punya pengetahuan tentang teori dan penerapannya dalam pembelajaran. Adanya persiapan yang dilakukan seorang guru untuk mengajar membuat kegiatan proses belajar mengajar menjadi terstruktur hingga tujuan dari pembelajaran dapat diperoleh dengan maksimal.


E. PENUTUP

Kesimpulan
       Menyusun model desain pembelajaran seorang guru harus mendasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Hunts menyebut rencana prosedur pembelajaran sebagai persiapan mengajar yang disebutnya ROPES dengan langkah-langkah Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary. Rencana mengajar atau persiapan mengajar atau lebih dikenal dengan satuan pelajaran adalah program kegiatan belajar mengajar dalam satuan terkecil (Sudjana, 2002: 137). Hal senada juga dikemukakan oleh Syaodih, (1988:218) bahwa guru mengembangkan perencanaan dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun atau satu semester, satu minggu, atau beberapa jam saja.

Saran
Sebagai seorang pendidik haruslah terus menyiapkan rencana pengajaran agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

El-Razal, Mawardy. 2009. Kesiapan Guru Untuk Mengajar (Online) http://mawardiumm.blogspot.com       diakses pada tanggal 29 Maret 2011
Helmi. 2009. Prinsip-Prinsip Persiapan Mengajar (Online) http://helminasution.blogspot.com diakses pada tanggal 29 Maret 2011
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Ramlan. 2010. Perangkat Pembelajaran (Online) http://ramlannarie.wordpress.com diakses pada tanggal 29 Maret 2011
Sudrajat, Akhmad. 2008. Persiapan Mengajar (Online) http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses pada  tanggal 29 Maret 2011
Wardani, I.G.A.K. 2003. Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Jakarta: Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar